

Pola Asuh Positif, anak-anak yang sulit di atur sering kali membuat orang tua merasa kewalahan. Namun, pola asuh positif memberikan pendekatan yang efektif untuk membimbing mereka dengan kasih sayang dan pengertian.
Langkah pertama dalam menghadapi anak yang sulit diatur adalah memahami penyebab di balik perilaku mereka. Menurut Dr. Ross Greene, seorang psikolog klinis, memahami penyebab perilaku menantang pada anak sangat penting untuk menciptakan solusi yang efektif. Anak-anak sering menunjukkan perilaku menantang karena merasa tidak dipahami, lelah, lapar, atau sedang mengalami emosi yang tidak dapat mereka ungkapkan.
Sebagai orang tua, cobalah untuk mengidentifikasi pemicu perilaku tersebut. Observasi pola waktu atau situasi tertentu dapat membantu, seperti apakah anak cenderung marah saat lapar, lelah, atau setelah menghadapi konflik dengan teman. Dengan memahami pola ini, Anda bisa lebih mudah mengantisipasi dan mencegah perilaku sulit sebelum terjadi. Misalnya, jika anak marah setelah sekolah, bisa jadi mereka merasa lelah atau menghadapi tekanan akademik. Dengan memahami penyebabnya, Anda dapat memberikan respons yang lebih tepat, seperti menawarkan waktu istirahat, memberikan camilan sehat, atau mendengarkan cerita mereka dengan penuh perhatian.
Selain itu, penting untuk menyadari bahwa anak-anak sedang belajar mengelola emosi mereka. Bersikap sabar dan memberikan dukungan akan membantu mereka merasa aman untuk mengekspresikan diri tanpa rasa takut dihukum. Anda juga dapat menggunakan teknik seperti mengajarkan anak untuk mengenali dan menyebutkan emosi mereka. Misalnya, “Kamu terlihat sedih, apakah kamu ingin bercerita?” Pendekatan ini dapat membantu anak merasa lebih dipahami dan didukung.
Pola Asuh Positif, Dr. John Gottman, seorang ahli psikologi hubungan, menyarankan bahwa orang tua menjadi “pelatih emosi” bagi anak-anak mereka. Hal ini melibatkan membantu anak mengenali emosi, memberikan nama pada emosi tersebut, dan memberikan panduan tentang cara mengelolanya secara konstruktif.
Terapkan Pola Asuh Positif Dengan Komunikasi Yang Efektif.
Komunikasi yang baik adalah kunci dalam pola asuh positif. Berbicara dengan anak secara jelas, tenang, dan penuh empati dapat membantu mengurangi konflik. Hindari nada suara yang tinggi atau kata-kata yang menyalahkan, karena hal ini hanya akan memperburuk situasi.
Gunakan kalimat yang mendorong pemahaman, seperti “Ibu tahu kamu merasa marah, tapi apakah kita bisa mencari solusi bersama?” Anda juga bisa mencoba kalimat lain seperti “Apa yang bisa Ibu lakukan untuk membantu kamu merasa lebih baik?” atau “Mari kita coba pikirkan cara yang bisa membuat kamu merasa lebih nyaman.” Pendekatan ini menunjukkan kepada anak bahwa Anda menghargai perasaan mereka dan siap membantu menyelesaikan masalah. Penting juga untuk memilih waktu yang tepat untuk berbicara, yaitu saat suasana hati anak sudah tenang dan mereka siap mendengarkan.
Selain berbicara, mendengarkan aktif juga sangat penting. Berikan perhatian penuh saat anak berbicara, tanpa interupsi. Responlah dengan anggukan atau pernyataan singkat untuk menunjukkan bahwa Anda memahami apa yang mereka rasakan. Jika anak tampak kesulitan menjelaskan apa yang mereka rasakan, bantu mereka dengan memberikan opsi, seperti “Apakah kamu merasa marah atau sedih?” Komunikasi yang efektif membantu membangun kepercayaan dan menciptakan hubungan yang lebih harmonis.
Menurut Dr. Laura Markham, seorang pakar pengasuhan, empati dalam komunikasi membantu membangun hubungan emosional yang lebih dalam antara orang tua dan anak. Ketika anak merasa di dengar dan di pahami, mereka lebih mungkin untuk bekerja sama dan mengikuti arahan.
Tetapkan Batasan Dengan Konsistensi.
Pola asuh positif bukan berarti membebaskan anak sepenuhnya tanpa aturan. Menetapkan batasan yang jelas dan konsisten adalah langkah penting dalam mendidik anak yang sulit di atur. Anak-anak membutuhkan struktur untuk merasa aman dan belajar tentang tanggung jawab.
Ketika menetapkan aturan, pastikan aturan tersebut masuk akal dan sesuai dengan usia anak. Jelaskan alasan di balik aturan tersebut agar anak lebih mudah menerimanya. Misalnya, “Kamu harus membereskan mainan setelah bermain agar kita tidak tersandung dan terluka.” Jelaskan juga manfaat dari aturan tersebut untuk kehidupan sehari-hari mereka.
Konsistensi adalah kunci. Jika aturan berubah-ubah atau tidak di terapkan dengan tegas, anak akan bingung dan cenderung menguji batasan. Sebagai contoh, jika aturan tentang waktu tidur adalah pukul 8 malam, pastikan ini di terapkan setiap hari, bahkan di akhir pekan. Jika aturan dilanggar, berikan konsekuensi logis seperti mengurangi waktu menonton TV pada hari berikutnya. Pendekatan ini membantu anak memahami bahwa aturan di buat untuk kebaikan mereka dan harus di hormati. Tetaplah konsisten dalam memberikan konsekuensi yang logis saat aturan di langgar, seperti mengurangi waktu bermain jika mereka tidak membereskan mainan. Jangan lupa untuk memberikan penghargaan ketika anak menaati aturan, seperti pujian atau pelukan hangat, untuk memotivasi mereka.
Dr. Jane Nelsen, pakar pengasuhan dalam pendekatan “Positive Discipline,” menekankan bahwa konsistensi dalam aturan menciptakan rasa aman bagi anak-anak, sehingga mereka lebih mudah memahami ekspektasi dan belajar bertanggung jawab.
Berikan Penguatan Positif
Salah satu prinsip utama pola asuh positif adalah memberikan penguatan untuk perilaku baik. Anak-anak cenderung mengulangi perilaku yang di hargai, sehingga penting untuk memperhatikan dan mengapresiasi tindakan positif mereka.
Penguatan positif tidak harus berupa hadiah materi. Misalnya, Anda bisa memberikan waktu khusus untuk bermain bersama, membacakan buku favorit anak, atau memberikan pujian seperti “Kamu hebat sekali sudah menyelesaikan tugas dengan baik!” Pilihan seperti ini efektif untuk menunjukkan apresiasi tanpa bergantung pada hadiah fisik. Pujian sederhana, pelukan, atau ucapan seperti “Ibu bangga kamu sudah berusaha menyelesaikan PR dengan baik” sudah cukup untuk membuat anak merasa di hargai. Penghargaan ini membantu membangun rasa percaya diri dan motivasi mereka serta menjadi berkembang.
Jika anak gagal tetapi telah berusaha keras, beri pengakuan atas usaha mereka. Dr. Carol Dweck, penulis teori mindset, menekankan pentingnya memuji usaha daripada hasil untuk membangun pola pikir berkembang pada anak. Misalnya, Anda dapat mengatakan, “Ibu melihat kamu sudah berusaha keras menyelesaikan soal matematika ini. Walaupun belum sempurna, Ibu sangat bangga dengan kerja kerasmu.” Kalimat seperti ini membantu anak merasa di hargai dan termotivasi untuk terus mencoba. Ini mengajarkan kepada anak bahwa kegagalan adalah bagian dari pembelajaran dan bukan sesuatu yang memalukan. Anda juga dapat menggunakan sistem penghargaan sederhana, seperti tabel bintang, untuk memotivasi anak dalam mencapai perilaku yang di inginkan.
Dengan menerapkan strategi ini, orang tua dapat menghadapi tantangan membesarkan anak yang sulit di atur dengan cara yang penuh kasih dan efektif. Pola asuh positif membantu menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis dan mendukung perkembangan emosional anak secara optimal. Kesabaran dan konsistensi adalah kunci dalam menjalankan pola asuh ini, sehingga anak dapat tumbuh menjadi individu yang percaya diri dan bertanggung jawab dengan menerapkan Pola Asuh Positif.